Ada sebuah kisah yang patut disimak sebagai gambaran tentang pentingnya suasana yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu tanpa harus menanggung malu. Ketika Rasulullah tengah berada di antara para sahabatnya, tiba-tiba tercium bau tak sedap. Lalu, beliau berkata, "Orang yang merasa mengeluarkan angin ini hendaklah berdiri dan segera berwudhu". Namun, orang yang bersangkutan merasa malu. Maka beliau mengulangi lagi perkataannya, "Orang yang merasa mengeluarkan angin ini hendaklah berdiri dan segera berwudhu".
Lagi-lagi orang tersebut tak mau berdiri karena malu. Melihat hal itu, Abbas pun bangkit dan berkta, "Bagaimana kalau kita semua berdiri". Kejadian seperti ini pernah terjadi pula pada masa Umar bin Khatab. Asy-Sya'by meriwayatkan:
Suatu hari, Umar berada di rumahnya bersama beberapa sahabat dan termasuk di dalamnya Jarir ibn Abdullah. Tiba-tiba, Umar mencium bau kentut dan langsung berkata, "Aku mohon agar orang yang mengeluarkan angin tak sedap ini segera berdiri, lalu berwudhu".
Oleh karena tak ada yang berdiri, Jarir pun berdiri, "Wahai Amirul Mukminin, bagaimana bila kita semua berwudhu".
Mendapat ide itu, Umar pun berkata kepada Jarir, "Semoga Allah merahmatimu. Dan sebaik-baik tuan pada jaman Jahiliyah adalah aku, sedangkan sebaik-baik tuan pada jaman Is¬lam ini adalah kamu" (Ibnu Al-Jauzi, 2007: 24).
Kisah ini memberikan gambaran yang jelas dalam mendidik karakter kepada Mta tentang bagaimana kita tidak mudah mempermalukan orang di depan umum, tidak mudah membuka aib seseorang tetapi malah mendidik bagaimana menutupi aib seseorang serta sekaligus menciptakan suasana konduksif. Di samping itu, kita juga diajak bagaimana agar kita menjaga kebersamaan dan kekompakan dengan mengajak berwudhu bersama-sama.
0 comments:
Post a Comment