Ebook Agen Tiket Pesawat 486x60

Saturday, July 16, 2016

Pokemon Game Yang Fenomenal, Sangat Cocok Yang Tidak Suka Berolahraga



Dalam dunia permainan yang lebih akrab kita kenal dengan istilah “Game”, Game identik dengan permainan modern dimana biasanya disertai dukungan oleh kecanggihan teknologi khususnya teknologi informasi. Jika dulu kita mengenal istilah Nintendo, Playstation (PS), hingga kini kita mengenal istilah Game Online.
Sesuai dengan namanya, Game Online merupakan permainan yang terhubung dengan jaringan internet, dimana seseorang pemain memungkinkan melakukan permainan dengan satu atau lebih pemain lainya melalui jaringan internet tanpa harus kenal bahkan bertemu antar masing – masing pemain.
Beberapa diantaranya permainan secara online yang mungkin kita kenal dan pernah kita lakukan seperti Point Blank (PB), Clash of Clan (COC), Clash Royal, dan lain sebagainya. Besarnya minat Game Online khususnya di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu lahan konsumen bagi para produsen Game. Sehingga memicu para produsen Game untuk secara terus – menerus melakukan inovasi menciptakan Game baru.
Keasikan dalam bermain Game online, terkadang menjadikan pemain game online rela duduk berlama – lama di depan layar monitor atau berlama – lama berkonsentrasi dengan gadget-nya masing – masing sehingga berdampak pada hubungan sosial sesamanya.
Akan tetapi dampak hubungan sosial tersebut saat ini sedikit mulai terminimalisasi dengan munculnya Game Online baru produk dari salah satu prusahan Game Nintendo, yakni Pokemon Go. Game Online satu ini memiliki keunikan yang berbeda dibandingkan dengan Game Online yang sudah ada. Dimana pemainnya diharuskan untuk menyusuri jalan atau tempat tertentu untuk mendapatkan pokemon. Sehingga memungkinkan pemain untuk bertemu dengan orang baru atau pemain pokemon lainnya di jalan. Dan biasanya pokemon yang langka dan memiliki poin yang tinggi biasanya di tempat yang jarang dilewati orang atau sepi dari keramaian, tapi tips ini bukan hal yang pasti, maka dari itu para sobat harus tetap waspada dengan sekitar meski sedang asyik bermain pokemon.
Pada permainan Pokemon Go ini, pemain diharuskan mengaktifkan jaringan internet, GPS, Camera (jika diperlukan), secara otomatis pengaktifan beberapa komponen tersebut akan mampu menguras batrey gadget, maka bagi para pemain pekemon sangat disarankan membawa power bank, membawa uang saku atau makanan, karena permainan ini banyak menguras tenaga karena berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya.
Meskipun demikian, keunikan pada permainan Pokemon ini menjadikan Pokemon sangatlah diminati oleh banyak orang dari berbagai usia tidak hanya oleh pemain diusia anak dan remaja, melainkan seorang yang berusia dewasa hingga tua, dari pelajar hingga yang sudah bekerja, maka tidaklah salah jika Pokemon Go ini memecahkan rekor jumlah pendownlod dalam waktu satu minggu mencapai kurang lebih sebanyak 10 juta pengunduh (http://www.aktualita.co/profil-john-hanke-sosok-fenomenal-penemu-games-pokemon-go/10606/).
Dibalik kesuksesan Pokemon Go saat ini yang mampu mendulang banyak pundi – pundi keuangan pada perusahan Nintendo, tidaklah lepas dari tangan dingin sang pencipta Game Pokemon Go yakni John Hanke. Hal ini maka tentu akan semakin meramaikan tingkat persaingan para produsen game untuk lebih kreatif menciptakan game – game baru yang lebih fenomenal dan menarik tentunya. Semoga saja salah satu pencipta dan produsen game fenomenal kedepan salah satunya berasal dari Indonesia, sehingga akan semakin meramaikan jagat kompetisi perkembangan game di seluruh dunia.

Thursday, July 14, 2016

Smartphone, Pihak Ketiga Diantara Para Penikmat Kopi

Menjamurnya smartphone yang beredar saat ini khususnya di indonesia yang notabene negara yang sangat potensial sebagai pangsa pasar produk-produk dari negara-negara produsen smartphone,  memiliki dampak yang sangat signifikan bagi pola hidup bukan hanya pada masyarakat kalangan menengah juga atas saja, melainkan menyentuh hampir di semua lapisan masyarakat. Dimana dampak tersebut bisa bersifat positif maupun negatif.
Di kota Gresik khususnya dikalangan anak muda smartphone sudah menjadi hal biasa, terlebih didukung dengan menjamurnya warung-warung kopi yang memberikan fasilitas layanan internet gratis dikarenakan kemudahan pemasangan internet dengan biaya terjangkau oleh provider internet baik provider milik BUMN maupun swasta.
Jika dulu ngopi selain bertujuan untuk menikmati kopi dan bertemu dengan teman untuk keperluan tertentu, maka setelah menjamurnya smartphone dengan berbagai kelebihan fiturnya sedikit secara tidak langsung mulai menggeser paradigma sebagian besar para penikmat kopi di warung kopi, selain bisa bertujuan untuk sekedar kumpul dengan teman, juga bisa mengakses internet gratis, alhasil kebanyakan meski ngopinya bareng sama teman, namun ketika sudah di warung kopi masing-masing sibuk dengan smartphone sendiri-sendiri, sehingga jika diamati secara sekilas seperti ga ada bedanya dengan anak autis dimana sibuk dengan dunianya masing-masing, he……..9x. Maka tidaklah salah jika ada ungkapan “internet  menjadikan yang jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi jauh”.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan smartphone, kita bisa dengan mudah melakukan komunikasi, mencari informasi dengan browsing, melakukan transaksi jual beli, bermain game online  dan lain sebagainya. Namun dengan smartphone kita juga bisa melakukan hal yang negative, seperti kemudahan dalam mengakses konten porno hingga mengeksekusi rencana kejahatan.
Akan tetapi semua itu kembali pada masing – masing pribadi dari individu itu sendiri, apakah dengan smartphone kita akan melakukan hal – hal yang bermanfaat atau sebalikanya malah melakukan aktifitas yang bisa merugikan diri sendiri bahkan orang lain.

Tuesday, June 28, 2016

Ngopi dan Kemanfaatan Yang Diperolehnya

Gresik merupakan salah satu kota industri yang teletak di jawa timur, dimana satu budaya masyarakatnya adalah budaya cangkruk di warung kopi,  itulah mengapa di Gresik banyak menjamur warung kopi mulai yang berada di dalam kampung hingga yang berada di pinggir jalan. Ngopi dalam istilah cangkrukan (baca: nongkrong) di warung kopi sudah menjadi kebiasaan bagi warga Gresik terutama bagi para perokok,  berbagai kepentingan aktifitas banyak dilakukan di warung kopi, mulai hanya sekedar santai untuk menghilangkan kejenuhan,  hingga saat membicarakan aktifitas bisnis sekalipun banyak dilakukan di warung kopi, mulai sebagai sarana mencari konsumen hingga dalam rangka melakukan negoisasi kesepakatan dengan para pelanggan.
Bagi sebagian masyarakat awam,  cangkrukan atau nongkrong di warung kopi terkadsng terkesan hal yang sia – sia tanpa ada manfaat yang diperoleh dan cenderung membuang – buang waktu, namun bagi individu atau masyarakat  yang memahami pentingnya komunikasi kalau dalam bahasa agamanya silaturahim,  maka ngopi merupakan sarana yang cukup efektif dan efisien dalam membangun silaturahim baik dengan orang yang baru maupun orang yang sudah dikenal.
“tak kenal maka tak sayang”, begitulah pribahasa lama mengungkapkan,  melalui media ngopi kita akan bertemu dengan orang – orang baru atau bertemu dengan orang yang sudah dikenalnya, sambil ngopi kita bisa berbicara banyak hal dengan santai tanpa beban, kita bisa juga bisa sambil ngobrol menyelipkan tawaran produk yang berkaitan dengan usaha yang sedang kita geluti, dimana tanpa disadari obrolan kita merupakan bentuk lobi – lobi yang dalam dunia bisnis merupakan bagian dari marketing dari produk kita, dan itu sangat efektif karena proses lobi seperti ini masuk melalui zona nyaman kepada calon pelanggan kita. 
Selain dari pada itu dengan ngopi bersama teman yang sudah dikenal pun akan mampu mempererat hubungan pertemanan antar sesama, sehingga kita tidak perlu canggung ketika mau berbicara mengenai usaha kita,  bahkan ketika meminta tolong sekalipun karena tanpa kita sadari telah lahir terbangun hubungan emosional dengan teman kita tersebut. 
Selain dari pada itu budaya ngopi yang terdapat di kota Gresik telah membuka peluang usaha warung kopi yang sangat menjanjikan, baik mulai warung kopi yang sederhana hingga warung kopi yang bergensi seperti halnya cafe, terlebih dimana saat ini dengan kemajuan dunia IT saat ini yakni kemudahan pemasangan internet dikarenakan telah banyaknya pula penyedia internet (provider) baik provider milik pemerintah (BUMN) maupun provider milik swasta, telah banyak menggeser paradigma ngopi disebabkan saat ini hampir disetiap warung kopi yang ada di kota Gresik memberikan layanan internet gratis bagi para pelanggannya sehingga ngopi saat ini bisa lebih memberikan nilai plus,  dimana sambil ngopi kita bisa browsing informasi di internet melalui gadget kita,  kita juga bisa sambil menuliskan ide yang kita miliki pada blog kita seperti yang saya lakukan saat ini, he......... 9x.  😁
Oleh karena itu kawan,  mari kita ngopi,  karena ide gila terkadang sering muncul melalui ngopi dan tidak ada yang tahu dari jalur manakah Allah memberikan rizkinya untuk kita,  be positive thinking aja ya Mas bro........

Monday, June 13, 2016

Ngabuburit Jelang Berbuka

Berbuka merupakan sesuatu yang paling istimewa disaat menjalankan puasa,  itulah mengapa nabi kita mengatakan berbuka merupakan salah satu waktu yang sangat membahagiakan bagi orang yang menjalankan puasa,  terlebih pada saat menjalankan puasa ramadhan, berbagai cara yang dilakukan oleh banyak orang berpuasa dalam menjelang berbuka, ada yang mempersiapkan bersama keluarga dirumah,  ada juga dengan sambil mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh beberapa takmir masjid dimana didalamnya juga takmir menyediakan menu takjil dan berbuka ketika menjelang berbuka dimana bisa disantap ketika adzan maghrib berkumandang. 
Berbicara tentang aktifitas menjelang berbuka yang sering diistilahkan oleh banyak orang dengan istilah “ngabuburit”, mengingatkan saya saat masih duduk dibangku kuliah,  ya namanya juga anak mahasiswa yang identik dengan keuangan yang sering nipis,  maka ketika menjelang berbuka saya bersama-sama dengan teman yang lainnya sering melakukan gerilya ke masjid-masjid dengan mengistilahkan dengan sebutan PPT yani para pencari takjil, sambil mengikuti pengajian dari masjid ke masjid untuk mendapatkan takjil atau  makanan berbuka,  disamping mendapatkan tambahan ilmu agama saya bersama teman-teman juga mendapatkan takjil dan buka gratis, alih-alih sambil berapologi untuk mengirit pengeluaran keuangan,he......9x
Meski suasana demikian saat ini telah hilang, seiring dkarenakan masing-masing dari kami sudah lulus kuliah dan memiliki kesibukan sendiri-sendiri juga sebagian besar dari kami sudah berkeluarga, serta terpisah berlainan tempat yang cukup jauh, sehingga suasana tersebut tergantikan dengan ngabuburit bersama keluarga, menemani anak bermain menjelang berbuka, menemani anak dan istri jalan-jalan menjelang berbuka, mengajak anak dan istri mengikuti pengajian di masjid dan lain sebagainya, apapun bentuk dan caranya yang namanya ngabuburit seringkali tak terpisahkan setiap menjelang berbuka. 
Selain bersama keluarga, ngabuburit bisa dilakukan bersama teman kerja atau teman bagi yang mungkin aktif dalam komunitas atau organisasi tertentu, selain dari pada itu bagi yang memiliki kampung halaman ngabuburit bisa juga dilakukan dikampung halaman l,  tentunya juga jauh akan lebih berkesan, karena akan mengingatkan kembali kenangan saat kita masih kecil dahulu, dimana nuansa kampung halaman akan sangat efektif dalam menghilangkan kepenatan karena kesibukan aktifitas selama bekerja, apapun itu bentuk dan caranya, setiap orang pastinya punya cara tersendiri dalam menyambut berbuka puasa yang tentunya bisa membahagian dirinya.

Tuesday, May 17, 2016

Guru, Siswa, Orang Tua dan Sekolah, Pilar Pembentukan Karakter Generasi Bangsa Dimasa Yang Akan Datang



Jika dulu terdapat istilah “Guru itu digugu lan ditiru (Guru itu diteladani dan diikuti)”, mungkin saat ini bisa berganti “Guru itu diguyu lan ditinggal turu (Guru itu ditertawakan dan ditinggal tidur)”


Fenomena gagal paham mengenai model pembelajaran enjoy learning oleh sebagian masyarakat, sehingga banyak mengartikan bahwa pendidikan yang baik itu tanpa adanya kontak fisik, pembentukan karakter percaya diri (confidence) pada siswa sehingga siswa mampu mengekplorasi potensi dirinya itu penting, namun pembinaan karakter anak yang memiliki kepribadian, tata krama dalam berbicara, bersikap, dan bertindak juga tidak kalah penting, karena ini berkaitan dengan akhlaq, 
Dari sinilah mengapa sebabnya kenapa sekolah itu disebut sebagai lembaga Pendidikan bukan Pengajaran, karena dalam proses belajar mengajar harus terdapat unsur “mendidik” dan “mengajar”. 
Manakala salah satu unsur tersebut hilang, maka yang terjadi adalah ketimpangan. jika unsur “pendidikan” hilang, maka yang terjadi anak kurang mampu mengembangkan potensi dirinya secara keseluruhan, salah satu indicator yang mudah diidentifikasi ketika proses pembelajaran tidak terdapat unsur pendidikannya, anak kurang memiliki kepribadian sikap dan tingkah laku yang baik, anak kurang bisa menghargai dan menghormati yang ada di sekitarnya, apakah kepada gurunya, orang yang lebih tua, orang tuannya sendiri, orang yang lebih muda, dan lain sebagainya, Siswa juga kurang memiliki jiwa (baca: mental) yang tangguh, sehingga seringkali banyak kita temui anak atau remaja saat ini yang kurang mampu memecahkan permasalahan (problem solver) yang sedang dihadapinya, dimana pada akhirnya yang Nampak adalah rasa putus asa, bertindak anarkis, dll.
Namun jika anak dalam proses pembelajaran akademiknya kurang, juga kurang bagus, karena nantinya hanya mampu dibidang akademiknya saja, padahal nilai akademis yang ada tersebut belum tentu juga berbanding lurus dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki siswa itu sendiri. Sedangkan hanya dengan keilmuan itulah yang nantinya menjadi bekal siswa tersebut sampai dewasa, baik itu keilmuan akademis terlebih non akademis.
Kontak fisik, apakah itu mencubit, memukul atau yang lainnya, sejauh tujuannya untuk mendidik bukan untuk menyakiti, dan tidak berdampak fatal secara fisik seperti berakibat terluka (lecet, lembam,apalagi patah tulang), maka hal itu masih bisa dikatakan hal wajar, dan bagian dari proses penempaan karakter  siswa. Terkecuali jika berdampak luka, itu baru perlu diklarifikasi lagi proses pembelajarannya.
Jika dulu terdapat istilah “Guru itu digugu lan ditiru (Guru itu diteladani dan diikuti)”, mungkin saat ini bisa berganti “Guru itu diguyu lan ditinggal turu (Guru itu ditertawakan dan ditinggal tidur)” he…..9x
Pergeseran pemahaman tersebut, juga menjadi tanggungjawab guru, orang tua, dan para stakeholder yang ada, guru di jaman dahulu sangat disegani, dijadikan panutan, tauladan, terlebih para guru yang terdapat di pondok pesantren, mereka sangat dihormati, bukan karena takut, melainkan karena sebagian besar guru pada jaman dahulu mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang benar–benar bisa dijadikan tauladan, serta mengedepankan nilai – nilai kepribadian yang luhur, tanpa harus mengesampingkan nilai–nilai keilmuan akademiknya, guru jaman dahulu bisa menjadi rujukan pemecahan persoalan sehingga mampu melahirkan hubungan ikatan emosional antara guru dan siswa, dan meskipun siswa tersebut sudah dewasa dan sukses, siswa tersebut masih hormat pada gurunya, karena siswa tersebut merasakan telah mendapatkan banyak ilmu dari gurunya tersebut.
Predikat Guru pada jaman dahulu bukan hanya berlaku saat jam sekolah, namun tertanam dalam keseharian bermasyarakat, meskipun secara financial yang diperoleh, tidak sebanding dengan keilmuan dan perjuangan yang dilakukan oleh guru tersebut kepada siswa – siswanya, itulah mengapa Guru mendapat sebutan pahlawan tanpa tanda jasa?.
Meskipun guru saat ini juga masih ada yang memiliki jiwa pendidik bukan sekedar mengajar (menyampaikan mata pelajaran) saja, namun tidak sedikit pula Guru saat ini hanya memiliki karakter sebagai pengajar saja, sehingga dalam memaknai predikat Guru, hanya sebatas tugas profesi saja, ketika jam mengajar ataupun jam sekolah selesai maka selesailah tanggungjawabnya sebagai guru, sehingga kurang bahkan tidak bisa menjadi tauladan bagi siswa dan masyarakat, terlebih lagi manakala, profesi Guru-nya dipahami hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, maka tentu tidak akan mungkin terbangun hubungan emosional antara Guru dengan siswa, apalagi dengan wali siswa dalam hal ini orang tua, sehingga siswa sendiri kurang merasakan kehadiran sosok Guru yang bisa menjadi tauladan, panutan, tumpuan solusi permasalahan, terlebih gempuran budaya yang terjadi saat ini, nyaris telah mampu meruntuhkan nilai – nilai moral serta mampu mencabut para generasi muda dari akar budayanya sendiri, yang pada akhirnya bermuara pada hilangnya rasa hormat siswa pada Guru. 
Hal demikian inilah ketika terjadi suatu dinamika dalam proses pembelajaran, maka siswa secara spontan mampu bertindak reaktif, Karena tidak adanya rasa hormat dan segan pada guru, terlebih lagi manakala orang tua siswa kurang mampu menjadi sosok yang bijaksana, selain bisa merugikan Guru dalam jangka waktu pendek dan merugikan siswa dalam hal ini anaknya sendiri secara jangka panjang, yakni penurunan kualitas karakter (degradasi moral).
Fenomena pelaporan kepada guru oleh siswa dan orang tua siswa melalui jalur hukum, seharusnya tidak perlu terjadi, alangkah bijaksananya manakala dinamika yang ada dikomunikasikan yang baik, dengan mendudukan pokok permasalahan yang ada antara orang tua, guru dan siswa, dengan difasilitasi oleh pihak sekolah.

Alangkah bijaksananya, manakala seorang guru mengajak komunikasi terlebih dahulu pada siswanya setiap terdapat permasalahan,

Alangkah bijaksananya, manakala orang tua, bersilaturahim ke sekolah atau guru yang bersangkutan untuk mengkomunikasikan dan mencari solusi bersama terntang permasalahan yang terjadi pada anaknya,

Alangkah bermartabatnya sekolah, manakala memfasilitasi komunikasi guru dengan orang tua siswanya,

Sunguh mulia jika kita mampu mengambil pelajaran (baca: hikmah) dari setiap fenomena yang ada, bukankah itu bagian dari ayat tuhan yang tidak tertulis?
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com